Sabtu, 08 September 2012

Love Me!

Tujuh tahun yang lalu, aku melihatmu. Berdiri di depan pintu kelas yang ada di sebelah kelasku. Dulu sekali. Entah siapa namamu. Dan kemungkinan kamu lupa dengan aku.
Hari ini aku melihatmu lagi. Setelah 7 tahun yang kelam itu. Aku menemukan kamu di tengah hiruk pikuknya kehidupanku. Kamu tetap tegak berdiri di sudut sana. Sudut terjauh dalam batas penglihatanku.



Kemeja coklat mudamu nampak basah. Hmm, siapa suruh berdiri di tengah rintik hujan?!
Tanpa sadar bibirku mulai mencipta seuntai senyum. Senyuman yang selalu menemaniku saat bisa melihatmu, dulu.

Kakiku bergerak, rasanya ingin melangkah mendekati kamu dan mengajakmu berteduh di bawah payung ungu muda milikku. Tapi, ah...
Kuurungkan niatku saat ada seorang wanita yang mendekatimu, melindungi kepalamu dengan payung pink-nya. Kulihat kamu tersenyum dan si wanita bergelayut manja di lenganmu. Kalian pergi.


Tapi hujan masih merinai. Langit masih tertutup awan gelap dan petir belum berhenti bernyanyi.
Aku meringkuk di pojok toko itu, menggigil. Tidak berani untuk pulang sendirian. Hatiku gundah, lagi-lagi. Karena kamu yang pergi dengan seorang wanita. Wanita yang berbeda-beda di setiap kali aku menemuimu. Selalu begitu.

Aku sadar ini hanya kebodohanku saja.Mengintaimu dari tahun pertama kita bertemu. Memujamu yang bahkan tak sadar dengan keberadaanku. Aku tau ini pengecut namanya. Masih saja ragu untuk menyapamu yang kadang berada begitu dekat denganku. Aku takut kecewa, kau tau?!


Hari mulai gelap. Bukan karena warna biru di langit tertutup awan hitam. Tapi karena hari sudah malam. Pukul 19.00. Dan langit masih belum puas menangis. Aku sudah bosan. Meringkuk dan menggigil kedinginan. Percuma saja bila mengembangkan payung lipatku di tengah air hujan yang cukup deras ini. Aku pasti basah kuyup.
Dengan agak kesal, kaki kananku menendang sebuah kaleng bekas minuman dan kaleng itu mengenai seseorang. Aku mengikuti arah jatuhnya kaleng itu, mendongakkan kepala.

" Kenapa masih di sini? Bukankah hujan sudah mereda dari sore tadi? "
Mereda? Oh ya, saat aku memperhatikan kamu tadi!
Rasanya senang sekaligus sesak saat melihat wajahmu yang cemas, berdiri tak jauh dari tempatku.

" Ayolah kita pulang! " Kamu mengulurkan tanganmu yang kurus itu.
Aku menatap matamu, sedikit ragu. Dan kau tersenyum meyakinkan.

" Darimana kamu tau bahwa aku sudah ada di sini sejak sore tadi? "

Kamu tertawa, memamerkan tulang pipimu yang berlesung itu.
" Sejak kamu memperhatikan aku yang kehujanan di ujung sana! " Jawabmu sambil mengarahkan jari telunjukmu ke tempat kau berdiri tadi.

Sial!! Aku tertangkap basah!

" Kenapa tak menyapaku? Atau meminjamkan payung lipatmu itu saat kau melihatku tadi? "

Tanya saja pada dirimu sendiri yang dengan relanya membiarkan seorang wanita yang tak kau kenal untuk menggandengmu.

" Tidak bisa jawab? " Tanyamu lagi
" Kalau kamu bertindak lebih cepat, maka kamu yang akan kubiarkan menggandeng lenganku. Bukan wanita itu! " Katamu lagi sambil terkekeh.
" Aku hanya tidak ingin pulang ke rumah lebih awal. " Sanggahku
" Dan kedinginan seperti ini? "

Kamu selalu mengolokku seperti ini. Apakah kau tau aku jadi begini karena kamu? Dan itu selalu berhasil untuk membuatku mau menuruti keinginanmu.

Dengan sedikit malu, aku menyambut uluran tanganmu yang telah menanti.
Kamu tersenyum, merasa menang mungkin.

" Kenapa tidak kamu katakan saja kalau kamu menyukaiku? "

Hah? Darimana kamu tau?
Dasar! Sebenarnya siapa kamu?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well, ini hanyalah sebuah cerita tentang setitik harapan saat perasaan yang dinamai cinta itu mulai bergejolak, hahahaaaa...
kayak penguntit yaaa???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar