Sabtu, 08 September 2012

Trust Me! [Sekuel of Love Me!]

halooo...
akhirnya bisa balik lagi bikin cerita. meskipun super pendek dan agak gak jelas, tapi inilah lanjutan atau sekuel dari Love Me....

 --------------------------------------------- ^^ ----------------------------------------------------------



Ada seorang gadis yang mampu memikat hatiku sejak lama. Mengikat hatiku hanya dengan namanya. Gadis angkuh yang begitu enggannya menyapa aku selama 3 tahun kita bersekolah di tempat yang sama. Padahal aku tau betul kalau diam-diam gadis itu juga sering menatapku dalam diam.
Entah karena suka atau benci, gadis itu selalu memandangku dengan tatapan dingin, seolah sangat menyesal telah bertemu denganku.
Gadis itu adalah kamu. Kamu yang kucintai tanpa berusaha membuatmu tersadar dengan perasaanku. Kamu yang aku tau kalau kamu juga menyukaiku. Kamu yang tidak pernah tersenyum di hadapanku. Kamu , si gadis angkuh yang selalu kubiarkan cemburu pada perempuan-perempuan yang ada di sekitarku. Salahmu sendiri yang tidak mau mengaku bahwa kamu juga menginginkan aku seperti perempuan-perempuan lainnya.
Tapi aku suka itu. Aku suka kamu yang begitu sombong di depanku. Aku tetap memantaumu meskipun aku sudah dapat sedikit menebak akhir dari kisah kita ini. Dan kamu tau, wahai gadis angkuh? Aku ingin menggodamu lebih lama lagi sebelum akhirnya kamu sadar akan siapa aku sebenarnya!
“Kenapa kamu ada di sini?” begitu katamu saat melihat aku yang melambaikan tangan tepat di depan kantormu.
Aku tersenyum.
Ahh… wajahmu tak berubah sedikitpun sejak kita saling mengintai 7 tahun yang lalu. Tak ada senyum yang mengembang di bibir mungilmu itu. Padahal kau selalu tersenyum pada siapapun, kecuali aku. Kenapa? Apakah aku sebegitu menyebalkannya hingga membuatmu kesal tiap bertemu denganku? Atau apakah aku sebegitu tampannya hingga membuatmu selalu resah dengan wajahmu yang merona tiap kali kita bertemu?
Hahaha… rasanya ingin tertawa saja bila melihatmu yang merona malu-malu diiringi kata-kata ketusmu padaku. Aku senang mempermainkanmu seperti ini.
“Hari sudah hampir malam, baiarkan aku mengantarmu pulang.”
“Tidak perlu! Aku bias pulang sendiri.”
Dasar gadis angkuh! Aku sudah susah payah menurunkan harga diriku hanya untuk menjemputmu tapi kau malah menolak!
Kamu berlalu, mencoba meninggalkan aku. Tapi tidak semudah itu untuk mematahkan tekadku. Aku mengikutimu.
1 langkah..
2 langkah..
3 langkah..
Dan saat kamu terlihat seperti orang yang hendak berlari, aku tertawa pelan. Dalam satu hentakan saja, aku menarik tanganmu hingga tubuhmu menabrak tubuhku.
“Lepaskan aku! Mau apa kamu?” katamu sambil meronta
Rengekanmu bukannya membuat aku melemah tapi malah semakin membuatku semangat untuk menggodamu.  Kamu harus tau, kalau aku adalah seorang laki-laki pemaksa.
Aku tak mendengarkan ocehanmu. Selalu begitu kan tiap kita berbicara?
Aku menyeretmu, membukakan pintu mobil untukmu, menyuruhmu masuk ke dalam. Takut-takut, kamu menatapku.
“Ayolah! Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Tidak baik bagi anak gadis sepertimu kalau pulang sendirian malam-malam begini. Berbahaya lho!” kutarik sudut-sudut bu=ibirku ke atas hingga tercipta sebentuk senyum polos.
“Lebih berbahaya jika pulang denganmu!”
Aku tertawa, mendengar kamu yang berani-beraninya membentak aku. Tapi kamu tetap masuk juga ke dalam sedan mungilku. Aku bersiul genit saat kamu menutup pintu. Juga di sepanjang jalan.
“Berhentilah bersiul-siul seperti itu!”
Aku menoleh. “Hmm?”
Tatapanmu sama sekali tidak beralih pada tempatku berada. “Kenapa kamu selalu kesal bila denganku? Bukankah kamu sangat menyukai aku?”
Aku berpaling sebentar, hanya untuk melihat reaksimu atas pertanyaanku. Tapi raut wajahmu datar-datar saja.
“Darimana kau tau sampai sebegitu yakinnya?”
Aku tertawa. Bodoh benar kamu ini! “ Laki-laki juga bisa merasakan getaran cinta dari seorang wanita yang menyukainya.”
Kamu sama sekali tidak tersenyum bahkan tidak memelototi aku seperti biasa bila kata-kataku terdengar agak aneh di telingamu.
“Sudah cukup! Jangan perlakukan aku seperti ini jika kamu hanya ingin main-main denganku!”
Ya Tuhan! Kenapa kamu malah menangis? Aku salah apa?
“Apa maksudmu?”
“Jangan buat aku semakin berharap padamu! Jangan bersikap seolah-olah kamu juga menyukai aku! Karena jika kamu masih seperti ini, aku tidak akan pernah bisa melupakanmu.”
“Hei, kenapa kamu jadi sesensitif ini?”
“Dengar, biarkan kau melewatkan kesempatan pertama untuk memlikimu. Dan jangan beri kau kesempatan kedua untuk jatuh cinta padamu! Aku ingin belajar melupkanmu.”
Kenapa dia berbicara seperti itu? Kenapa tiba-tiba dia ingin menyerah pada cinta yang sudah dikejarnya selama 7 tahun ini? Ada apa sebenarnya?
Kuputuskan untuk menepikan mobil dan mematikan mesin. Aku menatapmu. Wajah angkuhmu yang biasa entah pergi kemana, hanya tertinggal raut manis yang terpancar setiap kali kamu mengikuti aku diam-diam waktu sekolah dulu.
Langit tampak semakin menghitam. Siap menurunkan pasukan hujan yang bersembunyi di balik awan mendung.
“Aku janji tidak akan mengikutimu lagi mulai hari ini. Dan kamu juga harus janji tidak akan menemuiku lagi setelah ini!”
“Aku tidak bisa berjanji.” Jawabku yang masih bingung kea rah mana pembicaraan kita sebenarnya
“Jangan begitu! Mengertilah. Waktuku sudah dekat, aku tidak ingin menyakiti diri sendiri lebih dari yang selama ini aku lakukan.”
Apa? Apa maksudmu?
“Aku tidak mengerti. Katakana ada apa sebenarnya!”
“Aku akan dinikahkan dengan lelaki pilihan orangtuaku. Aku… tdak bisa lagi menemuimu stelah menikah nanti. Jadi, biarkan aku belajar untuk hidup tanpa melihatmu!
Haahh…
Diam-diam kau menarik napas lega. Jadi karena itu kamu begitu berbeda malam ini? Itu artinya, kamu tidak mau dinikahkan oleh laki-laki itu?
Hhh…
Ingin rasanya tertawa melihat kepanikanmu tentang pernikah itu. Kalau kamu tau bahwa calon suamimu adalah aku, bagaimana ya reaksimu?

Kuhidupkan lagi mesin mobil dan melanjutkan perjalanan untuk mengantarmu pulang. Hujan mulai turun. Kulihat kamu melamun, menikmati aliran rintik hujan yang menempel di kaca mobil.
Aku senang melihat kamu yang dilemma seperti ini. Terombang ambing di tengah kacau balaunya perasaanmu sendiri. Tapi kau yakin, kamu akan bermuara di pelukanku nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar